BARRU - Sepuluh hari yang lalu, Saya mengirimkan untaian pesan penuh doa, harapan, dan kerinduan melalui WhatsApp ke nomor Beliau. Saat menuliskannya, linangan air mata berurai karena memahami bahwa Beliau sedang fase pengobatan di Luar Negeri, dan Saya mengingatnya karena hari itu di 10 Desember, Saya telah memasuki usia hidup selama 40 Tahun.
Kesan mendalam atas kenangan berupa Kue bertuliskan Selamat Milad yang pernah Beliau kirim Dua tahun lalu ke rumah kami, menjadi pemantik kerinduan dan ingatan kepada Bu Dokter yang baik hati.
Saya dan Beliau pernah melakukan perjalanan bersama dalam 4 hari, ke tempat paling jauh yang pernah Saya injak di Republik ini, Kota Medan, Sumatera Utara di Tahun 2022. Dalam perjalanan itu dan beberapa komunikasi sebelumnya, Saya terus mempelajari tentang kepribadian, cara berfikir, pola komunikasi, dan prinsip hidup Beliau.
Pasalnya, di Barru ini, Sosok "Ibu dan Perempuan" seperti Beliau merupakan prototipe Paripurna yang lengkap untuk diteladani.
Suaminya adalah orang nomor Satu di Barru, Keempat anaknya tumbuh dengan akhlak, bentuk, pendidikan serta karir yang maksimal. Bahkan, Bu Dokter menjadi satu-satunya nama yang Tokoh Barru perhitungkan sejak jauh hari bakal menjadi Perempuan Pertama yang akan memimpin Barru.
Istri ku sendiri, berulang kali mengagumi cara Beliau berpenampilan, yang selalu terlihat dengan desain sederhana meskipun menggunakan bahan yang mahal.
Sejak awal bertemu di Tahun 2006 lalu, saat bersama-sama turun membina Lomba Desa P2WKSS di Desa Tompo, sudah menilai bahwa Bu Dokter adalah Pemikir yang Perfectionist. Saat itu, Beliau dalam status Istri Wakil Bupati Barru yang baru pindah dari Pinrang, sudah berbaur dengan kami untuk menilai dan menata Desa yang sedang menghadapi lomba.
Instruksi langsungnya di tempat, kecepatannya untuk memperbaiki, pengalamannya dalam mengamati situasi, dan persepsinya yang dibagikan secara lugas, membuat Saya kagum sejak pertama kali bertemu dengan Beliau.
Kami memiliki kesamaan karakter dalam berkomunikasi, yang selalu terus terang, jujur, dan terbuka pada mitra. Daya nalar kritis kami pun punya kemiripan, mungkin karena Saya dan Beliau sama-sama Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di kampus yang sama, Universitas Hasanuddin (Unhas).
Tak jarang, saat masih Kabid Humas dulu, ketika Beliau ingin meluapkan perasaan dan meminta tanggapan, kami saling telponan hingga berjam lamanya. Dan tidak sekalipun, Saya mendapatkan tempat yang tidak setara dalam berkomunikasi dengan Beliau, layaknya Sahabat.
Baca juga:
Doa Bersama Kemenkumham Jelang KTT G20 Bali
|
Idealisme Egaliternya, benar-benar natural dan terimplementasi, demikian pula filosofinya dalam bekerja. Beliau, selalu menanyakan taktis dari sebuah rencana kegiatan dan mengkroscek hal strategis yang paling urgen. Beliau juga tak segan mengevaluasi kinerja, langsung di tempat dengan niat yang jelas saya ketahui untuk kebaikan, demi Barru Baik.
Banyak politisi yang suka menyanyikan lagu "Jangan Ada Dusta diantara Kita", tapi Bu Dokter lah yang mengimplementasikannya dalam kehidupan kinerja sehari-hari. Mimik, perilaku, bahasa dan responnya yang cepat selalu jujur sepenuh hati.
Kejujuran sepenuh hati ini yang dalam pandangan ku, membuatnya selalu mendapatkan "Petunjuk Jalan Lurus" dari Pemilik Semesta.
Allah Subhanahu Wa Ta'Ala dalam Surah Al Fatihah sudah memberikan petunjuk bahwa Para Shiddiqin (Orang Jujur) akan mendapatkan Puncak Nikmat Kehidupan, dan Bu Dokter adalah salah satu yang beruntung sebagai penerima berkah hidayah itu di masa hidupnya.
Saya selalu bangga menyebut diri sebagai "Orang Dekat Bu Dokter", sebab keberuntungan, keberkahan, karomah, dan pandangan Beliau yang menembus jiwa dan melampaui dimensi ruang waktu atas sebuah peristiwa, memang sebuah hidayah hembusan kecerdasan ilahiah yang tidak semua anak manusia mendapatkannya.
Rabu, adalah hari yang sama ketika Bu Dokter Hasnah Syam terlahir 64 Tahun lalu di 22 Juli 1959, dari keluarga guru di Ajakkang, Balusu. Kabar Duka Cita untuk Barru, juga tiba di hari yang sama dari Sunway Hospital Malaysia, dini hari tadi, yang menuliskan berpulangnya drg. Hj. Hasnah Syam MARS ke Rahmatullah.
Sebagai anak buah, sebagai orang dekatnya, sebagai teman curhatnya, sebagai pengagumnya, dan sebagai sahabat Bu Dokter, kesedihan yang saya bawa bukanlah kesedihan biasa.
Akan ada yang bisa menggantikan Bu Dokter sebagai Wakil Rakyat di DPR RI, semoga harapannya ke Anaknya sendiri, terkabulkan.
Akan ada yang bisa menggantikan Bu Dokter sebagai harapan rakyat untuk menjadi Bupati Barru, kita akan melihatnya di masa depan.
Namun, rasanya selain Bu Dokter, drg. Hj. Hasnah Syam MARS, kita tidak akan lagi menemui sukses kisah hidup persis sepertinya, sejak Barru didirikan bersamaan dengan tahun kelahiran Bu Dokter di 1959 lalu, hingga hari ini bahkan mungkin bertahun-tahun setelahnya, Beliau Perempuan Paripurna yang Tidak akan Tergantikan.
Kita semua akan kembali ke Sang Khalik, dan bagaimana cara kita menjalani hidup yang penuh manfaat, itu yang akan selalu hidup di hati masyarakat Barru.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'Ala menjadikan keturunan Almarhumah, shaleh/shalehah, menerima segenap pahala ibadah dan amalan kebaikan, dan setiap kinerja nya, sebagai Amal Jariyah yang tidak ada putus-putusnya, Insya Allah.
Selamat Jalan Bu Dokter, Sampai Jumpa di Keabadian.
Penulis: Ardi Susanto, SH.