BARRU - Calo penimbang gabah di Lingkungan Pacciro, Kelurahan Takkalasi, Kabupaten Barru, Sulsel menggeliat. Rabu (24/4/2025).
Calo menyerap gabah petani dengan Rp 6.500/kg, namun ada jatah calo keluar Rp 10 ribu per karungnya.
Salah satu petani di Pacciro yang enggan disebutkan namanya, berinisial SJ mengungkapkan bahwa banyak petani di Pacciro yang lebih memilih menjual gabahnya ke calo.
"Karena kita yang hendak menjual ke Bulog, harus menunggu berminggu-minggu. Sementara yang melalui calo cepat terangkut gabahnya, " ujarnya
Baca juga:
Doa Bersama Kemenkumham Jelang KTT G20 Bali
|
"Shingga ada ketimpangan antrian penimbangan antara yang lebih awal melapor dengan yang menjual gabahnya ke calo. Mestinya kita lebih awal ditimbang, karena lebih awal melapor ke Babinsa untuk dijual kepada Bulog, " kata SJ.
"Akan tetapi dengan hadirnya calo ini, yang belakangan panen tapi lebih awal ditimbang ketika melalui calo, " bebernya.
Hal senada diungkapkan petani lainnya yang berinisial AS. Ia akui bahwa rata-rata gabah petani diambil calo di sini.
"Bahkan banyak juga gabah petani yang diambil oleh pengusaha pengelolaan gabah umum, karena lebih cepat walaupun harganya lebih murah atau ada potongannya, " tuturnya.
"Karena kalau melalui Bulog kita lambat, bahkan sudah satu minggu ini kita menunggu kedatangan Bulog tapi belum datang-datang, " jelasnya.
Menanggapi hal itu, anggota DPRD Barru Dapil Balusu, H Erdy sangat menyayangkan adanya calo ini, dan gabah petani tidak diserap langsung oleh Bulog.
Kenapa Bulog dikalah cepat jika dibandingkan calo. Tentu masyarakat ada yang kecewa dengan hal ini.
"Karena petani juga butuh cepat perputaran uangnya untuk kembali menanam lagi, " ujarnya.
"Kedepannya tentu kita menginginkan adanya solusi terkait hal ini,
karena calo tersebut ujung-ujungnya menjual gabahnya ke Bulog juga, " kata H Erdy.
"Bahkan banyak masyarakat yang memilih untuk menjual gabahnya ke pihak pengusaha gabah umum dengan harga di bawah Rp 6.500 per kilonya, karena sudah tidak sabar menunggu Bulog, " ungkapnya.
Menurutnya selama ini sudah banyak petani yang mengadu terkait persolan calo dan penyerapan gabah yang tidak sesuai prosedural.
"Kalau diperkirakan persentasnya 75 persen lebih di sini petani lebih memilih menjual gabahnya ke calo ataupun pengusaha pengelolaan gabah umum walaupun harganya lebih rendah. Kan kasihan juga petani kalau begini, " tandasnya.
"Nanti kita juga akan agendakan rapat di Bamus terkait persoalan ini, " tutupnya.